Kojrat Penyandang
Disabilitas Yang Perduli
Keluarga
Memiliki nama asli
Kasman (35), tapi ia sering dipanggil Kojrat. Entah siapa dan bagaimana asal
mulanya, tapi kebanyakan warga Ngaglik, tempat tinggalnya, hanya tahu dia
dengan nama Kojrat. Kondisi fisiknya tak begitu baik. Kaki kanannya cacat,
membuatnya tak bisa berjalan sebagaimana orang lain. Ludahnya sering menetes
membuat bajunya menjadi basah. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa mengucap
‘eeeee’ saja. Ia juga jarang mandi dan gosok gigi, sehingga bau tidak sedap
kadang melekat pada tubuhnya. Warga sekitar tidak tahu penyakit yang
dideritanya.
Meski begitu, ia lantas
tak mengurung diri atau memisahkan diri dari dunia luar. Ia dengan segala
kekurangannya mencoba bangkit dengan cara yang ia bisa. Dari 6 tahun yang lalu,
ia sering terlihat di pinggir jalan raya Tekidadi. Itu tempat nongkrongnya. Ia
meminta uang pada sopir kendaraan umum (angkutan dan bis) yang berhenti di pinggir
jalan tersebut. Kebanyakan orang menyebut itu sebagai uang parkir.
Lambat laun dengan
penghasilan yang cukup membuat sakunya terisi, ia diberi nasehat untuk
menyimpan sebagian uangnya di bank terdekat. Ia menurutinya. Uang hasil
keringatnya sendiri bisa digunakan untuk membeli hp. Alasannya sederhana,
setidaknya ia bisa menghubungi kerabat terdekat. Misal saja Ibunya.
Kasman masih memiliki
Ibu. Ia adalah anak yang baik. Ia tetap bertanggung jawab untuk menafkahi
keluarganya. Sisa dari uang yang ditabung, ia berikan semua ke Ibunya. Ia
bertugas untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti membeli beras, sayur mayur, dan
lauk-pauk. Cinta pada Ibunya tak pernah padam. Ia tahu kewajibannya. Alhamdulillah,
Ibunya sehat jasmani rohani. Ia menambah penghasilan dengan berprofesi sebagai
tukang pijat.
Tahun 2014, untuk
menambah pendapatan yang dirasa kurang, karena ia masih tetap saja ngutang, ia tidak menabung lagi. Ia
mencari pekerjaan tambahan. Sekarang, ia sibuk mengumpulkan barang bekas yang
nantinya dijual ke pengepul. Hasil penjualannya memang tidak seberapa, tapi itu
sedikit membantu keluarganya. Dan ia sangat berterimakasih untuk itu.
Dia
adalah seorang hero. Ia dengan
kekurangannya tetap ada untuk keluarga. Ia dengan kemampuan yang relatif ‘tidak
bisa melakukan banyak hal’ tetap mengasihi Ibunya. Ia memberikan segalanya
untuk sang Ibu. Ia rela berpanasan dan mengumpulkan barang bekas di tepi jalan
raya. Ia juga tahu kebanyakan orang memandang jijik saat melihatnya. Namun itu
bukan gangguan lagi bagi Kojrat. Ia hanya tahu satu tugasnya, bekerja mencari
uang dengan cara yang halal untuk menghidupi keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar