Warning: otak dodol, judul harusnya lebih kalem
Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi.
Matahari juga belum bangun dari tidur panjangnya.
Aku berjalan bersisian di samping Ibu. Sembari
merapatkan mukena guna mengusir dingin yang menerpa. Langkah kakiku melambat,
aku melihat kanan kiri mawas diri. Aku memang terbiasa begitu, sejak kecil suka
parnoan sendiri.
Awalnya biasa saja, aku nggak ngerasain apa-apa.
Namun begitu menginjak jalan yang menanjak, ada yang mengusik pikirku. Aku noleh
ke arah kanan. Tepat pada galian tanah sedalam satu meter lebih. Aku terpaku.
Mataku menatap sosok berwarna putih memanjang dari atas hingga ke bawah. Jujur,
aku bingung harus bagaimana. Mulutku terkunci tak dapat berucap. Kakiku diam
seakan menempel pada bumi. Itu bukan ekspresi takut. Aku hanya kaget.
Ku lihat sosok tadi tetap berdiri di sana. Aku nggak
bisa melihat wajahnya meski jelas-jelas dia berdiri menghadapku. Itu karena....
wajahnya menembus tanah. Artinya aku hanya melihat kain putih yang membungkus
kepalanya tanpa melihat bentuk mukanya.
Mungkin efek gelap kali ya. Aku juga sempat melihat bagian bawahnya. Hanya ada
kain putih yang menggantung di atas tanah. Ini membuatku seratus persen yakin
kalau aku sedang melihat hantu. Dan otakku sedang berada dalam mode error sehingga
bingung harus merespon bagaimana.
Untunglah, ibuku tak berhenti memanggil namaku.
Membuat alam pikiranku kembali dan mendorongku untuk sesegera mungkin menjauh
dari tempat itu.
Sesampai di rumah, aku menceritakan kejadian itu
pada orang tuaku. Menceritakan kejadian itu pada tetanggaku. Menceritakan kejadian
itu pada saudaraku.
Dan menceritakan kejadian itu pada teman sekelasku.
...
Hingga suatu hari, Ibu menceritakan kebenarannya.
Tempat di seberang tempat kejadian perkara tadi, maksudku, tempat yang berada
di seberang jalan saat aku melihat pocong-errr- pokoknya itulah, memang kadang
disinggahi makhluk gaib. Kata ibu, yang diceritakan oleh sesepuh desa yang
kebetulan rumahnya ada di samping tempat di seberang tempat kejadian perkara
tadi, maksudku, tempat yang berada di seberang jalan saat aku melihat
po-abaikan! Pokoknya sebelah tempat tadi! Beliau juga sering mendapati kejadian
yang nggak rasional. Pernah beliau mendengar bunyi orang yang memukul bambu.
Padahal setelah ditilik, tak ada siapapun di sana. Membuatku berpikir, oh
tempat itu dan tempat KP tadi memang ada sesuatunya.
Pesan beliau pada Ibuku begini, ‘Nggak apa-apa.
Jangan terlalu dipikirin. Dia nggak akan berani mengganggu kalau kita juga
tidak mengganggu...’
Aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam. Memikirkan
perkataan beliau. Untuk...
Jangan terlalu dipikirin. Jangan terlalu dipikirin.
Jangan terlalu dipikirin.
Maunya
sih begitu. Tapi kalau kejadian itu nemplok terus di otakku, gimana doooong???
Aku nggak bisa melupakan kejadian itu. Meski sudah
ribuan kali aku menceritakan kejadian itu, tetap saja gambaran akan sosok yang
memakai baju putih berwajah tembus tanah tak dapat dihilangkan. Malahan dengan
dodolnya aku sering berimajinasi tentang bentuk wajahnya yang sebenarnya. Yah,
otakku memang dodol.
Namun sekali lagi, untunglah, dengan jalan
pengalihan isu, yaitu mendengarkan musik melalui headset ketika melewati jalan
itu, membuatku lambat laun secara perlahan tak lagi mengingat kejadian itu
lagi.
Terimakasih banyak, YA RABB...
Sekarang, TKP tadi sudah dirombak menjadi kolam ikan
kecil. Dan tak ada kejadian melihat hantu untuk kedua kalinya.
UYEEEE~
Bye~
Note, ini aku alami ketika masih SMP. Kira-kira
delapan tahun yang lalu. Sudah lama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar