Pages - Menu

Minggu, 01 Maret 2015

FIKSI MINI

Genre: Romance
HANYA KAMU

“Duduk diam begitu nggak akan membuat kepalamu penuh ide tahu?!” Dony menyeretku pergi. Meninggalkan berlembar kertas yang masih kosong, juga secangkir kopi yang belum sempat aku cicipi. “Kau hanya membuang waktumu!”, tambahnya. Dony. Lelaki kecil yang sudah beranjak dewasa. Ia bukan lagi Dony dari 13 tahun silam. Aku ingat, ia dulu cengeng dan sering dibully. Tipe anak penakut yang nggak bisa menerima kata-kata kasar. Membuatku harus berada di sisinya untuk meredakan tangisnya.
“Lihat sekelilingmu! Bukankah menulis perlu observasi? Apa sih yang kau dapat dengan diam seperti tadi?” Dony lanjut mengomeliku. Aku tersenyum. Membiarkan kakiku mengikuti langkah ke mana ia pergi.
Ia mengajakku berkeliling. Mengenalkan ini itu yang pikirnya dapat membantu dalam penulisanku. Ia tahu kalau detlen proyekku itu minggu besok. Dan selalu saja dia ikut kalang kabut tatkala aku belum menyelesaikan naskah.
“Kamu tahu? Ini adalah tempat yang paling disukai pasangan ketika mereka berduaan. Hanya dengan kursi panjang di atas tanah lapang, berkapetkan rumput hijau terbentang luas, berhiaskan rembulan ditemani bintang. Oh, bukankah ini romantis?” Begitulah, ia selalu menggebu-gebu saat menceritakan tempat ini. Ia membandingkan dengan Negeri Sejuta Bintang yang dibangun imajinasinya sendiri.
Aku tahu. Ini tempat pertama kali kita bertemu. Ketika itu kau menekuk wajahmu. Kau bersembunyi di tas yang bahkan tak bisa menutupi wajahmu sendiri. Yang kau lakukan hanyalah menangis dan menggigit ujung jemarimu. Kebetulan saja aku lewat di jalan itu, melihatmu ketakutan, aku langsung mengusir mereka. Kita berteman baik semenjak hari itu.
Dony, kau sekarang sudah dewasa. Tak perlu aku untuk bersamamu lagi bukan? Aku sadar akan hal itu. Mengingat hari lalu, kau melawan preman yang sering menggodaku. Kau berada di depanku, merentangkan tangan dan mencoba melindungiku. Kau tidak lagi mengintip di belakang lalu mencengkeram takut lengan bajuku. Kau yang sekarang sudah mampu sendiri, tidak memerlukan tamengku lagi.
Namun Dony, akhir-akhir ini aku, entah kenapa, sering merasa sakit dan sulit bernapas. Melihatmu dikerumuni banyak gadis yang tersipu malu kemudian memberikan amplop merah muda padamu. Terlebih saat kau dengan sukarela membagi senyum dan tawamu pada mereka. Rasa sakitku bertambah parah. Aku tahu apa artinya. Aku tahu apa arti rasa sakit ini.
Dony. Aku tak perlu menerobos keramaian untuk mencari karakter ceritaku. Aku tak perlu berimajinasi liar untuk menghidupkan karakterku. Dan aku tak perlu menyendiri untuk menumpahkan segala ide yang berlarian di pikiranku.

Karena yang ku butuhkan tepat berada di depanku. Kau adalah kisahku. Kau adalah model utamaku. Hanya dengan genggaman tanganmu aku bisa merasakan debaran rasa. Bersamamu, ku yakin bisa membuat ribuan cerita cinta. Hanya denganmu. Hanya kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar